Oke langsung saja:
1. Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan di Indonesia berdasarkan data UNESCO 2011 menduduki peringkat 69 dari 127 negara, pada 2012 menjadi peringkat 64 dari 120 negara, dan pada 2013 naik tiga peringkat menjadi 121 dari 185 negara.
Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan pendidikan Indonesia masih di urutan yang sangat-sangat memprihatinkan . Maka jangan heran untuk urusan pendidikan banyak orang tua yang memiliki banyak uang mengirim anaknya untuk melanjutkan sekolah di luar negeri . ya walaupun katanya tidak nasionalis tapi setidaknya dengan mengirimkan anak2nya sekolah ke luar negeri bisa memperbaiki mutu pendidikan indonesia yang memprihatinkan ini
Mutu pendidikan di Indonesia berdasarkan data UNESCO 2011 menduduki peringkat 69 dari 127 negara, pada 2012 menjadi peringkat 64 dari 120 negara, dan pada 2013 naik tiga peringkat menjadi 121 dari 185 negara.
Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan pendidikan Indonesia masih di urutan yang sangat-sangat memprihatinkan . Maka jangan heran untuk urusan pendidikan banyak orang tua yang memiliki banyak uang mengirim anaknya untuk melanjutkan sekolah di luar negeri . ya walaupun katanya tidak nasionalis tapi setidaknya dengan mengirimkan anak2nya sekolah ke luar negeri bisa memperbaiki mutu pendidikan indonesia yang memprihatinkan ini
2. Guru
Tahukah kamu kalau distribusi guru di Indonesia tidak merata, berdasarkan data Teacher Employment & Deployment, World Bank 2007 : jumlah kekurangan guru di Indonesia sebesar 21% sekolah di perkotaan, 66% di pedesaan atau daerah terpencil, dan 34% sekolah di Indonesia kekurangan guru .
Dan yang lebih mengejutkan sebanyak 54% guru di Indonesia tidak memilki kualifikasi yang kompeten untuk mengajar. Maka jangan heran kekurangan-kekurangan dari tenaga pengajar ini menyebabkan kualitas pendidikan di setiap daerah berbeda, bahkan anak-anak yang sekolah di perkotaan sekalipun saat menjelang ujian nasional lebih memilih belajar bersama guru bimbingan belajar di tempat lesnya, ketimbang guru di sekolahnya .
3. Kurikulum
Sistem pendidikan atau kurikulum di Indonesia dari tahun ke tahun memiliki perubahan dan kebijakan yang berbeda. Coba saja lihat dari penamaan ujian nasional mulai dari Ebtanas, UAN, UN hingga kebijakan standarisasi nilai kelulusannya sendiri. Belum lagi setiap tahun buku pelajaran selalu berubah-ubah karena perubahan kurikulum dan harga buku pelajaran atau buku penunjang memilki harga yang cukup mahal .
Hal ini akan sangat terasa bagi siswa-siswi yang kemampuan ekonomi keluarganya masih dibawah rata-rata, mereka tidak bisa memakai buku bekas kakak kelas atau saudaranya yang 1-2 tahun diatasnya. Padahal buku pada kegiatan belajar mengajar merupakan kebutuhan yang sangat penting
4. Pelajaran Penting
setiap anak di sekolah tentunya memiliki kemampuan dan daya serap yang berbeda-beda. Ada anak yang senang dengan matematika namun ada anak yang lebih senang dengan pelajaran seni. Pelajaran sekolah seakan-akan lebih mengutamakan pelajaran seperti Bahasa Indonesia, matematika, fisika, kimia, bahasa Inggris dan pelajaran-pelajaran lainnya yang diujikan di Ujian Nasional, dari pada pelajaran budi pekerti juga muatan lokal (sedih juga dengernya).
Pelajaran seni, olahraga dan keterampilan seolah menjadi pelajaran pemanis yang tidak terlalu diutamakan. Padahal otak memiliki 2 bagian kiri dan kanan yang harus di imbangi dengan seni agar tidak merasa stres . Peran seni dan pelajaran keterampilan porsinya juga sangat sedikit di banding pelajaran-pelajaran inti.
5. Perkembangan Mental Anak
Karena banyak murid dalam satu kelas, dan setiap anak memiki permasalahan dan karakter yang berbeda-beda. Kadang hal ini tidak bisa dikontrol oleh guru, misalnya ketika seorang anak menjadi korban bully di kelas, mengalami tindak kekerasan, ancaman, hingga pelecehan seksual . Justru terjadi di sekolah yang merupakan sebuah institusi pendidikan. Sekolah biasanya lebih mementingkan IQ atau kepintaran daripada EQ atau budi pekerti. padahal ketika murid telah lulus, hanya 10% pelajaran yang digunakan dalam dunia kerja.
Banyak hal yang terjadi ketika IQ tidak dibarengi dengan EQ, seperti korupsi, suap menyuap dan sejenisnya. Maka dari itu sejak dini kita harus mencontoh orang2 pintar yang sederhana seperti Steve jobs atau pun Mark Zuckerberg. Mereka tak pernah pamer atau berfoya-foya layaknya orang kaya jaman sekarang .
Karena banyak murid dalam satu kelas, dan setiap anak memiki permasalahan dan karakter yang berbeda-beda. Kadang hal ini tidak bisa dikontrol oleh guru, misalnya ketika seorang anak menjadi korban bully di kelas, mengalami tindak kekerasan, ancaman, hingga pelecehan seksual . Justru terjadi di sekolah yang merupakan sebuah institusi pendidikan. Sekolah biasanya lebih mementingkan IQ atau kepintaran daripada EQ atau budi pekerti. padahal ketika murid telah lulus, hanya 10% pelajaran yang digunakan dalam dunia kerja.
Banyak hal yang terjadi ketika IQ tidak dibarengi dengan EQ, seperti korupsi, suap menyuap dan sejenisnya. Maka dari itu sejak dini kita harus mencontoh orang2 pintar yang sederhana seperti Steve jobs atau pun Mark Zuckerberg. Mereka tak pernah pamer atau berfoya-foya layaknya orang kaya jaman sekarang .
6. Putus Sekolah
Ini nih yang paling menyedihkan, berdasarkan data pendidikan tahun 2010 disebutkan sebanyak 1,3 juta anak 7-15 tahun terancam putus sekolah. Sebenarnya yang mempengaruhi angka putus sekolah di Indonesia sangat beragam, namun masalah yang paling sering ditemui adalah soal biaya sekolah yang sangat tinggi sehingga banyak anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya .
Ini nih yang paling menyedihkan, berdasarkan data pendidikan tahun 2010 disebutkan sebanyak 1,3 juta anak 7-15 tahun terancam putus sekolah. Sebenarnya yang mempengaruhi angka putus sekolah di Indonesia sangat beragam, namun masalah yang paling sering ditemui adalah soal biaya sekolah yang sangat tinggi sehingga banyak anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya .
Sungguh tragis masa
depan anak-anak yang tak mampu mengenyam bangku pendidikan banyak dari mereka berasal dari
keluarga miskin, broken home akibat perceraian orang tuanya sampai anak-anak
dipelosok negeri yang tak terjangkau oleh pendidikan
Copied from KASKUS.CO.ID